heroes
I'm a superheri (pake hati, rasakan dengan benar)

11-11-11

By heriestiastri





Sekarang saya tahu, bahwa saya adalah jiwa yang bahagia. Saya mengucapkan syukur setiap saat. Saya mengerti bahwa segala sesuatu datang tidak dengan sendirinya jatuh dari langit-langit. Hidup buat saya adalah saat ini dan nanti, yang dijalani dengan hati riang dan diperjuangkan. Dan dia telah datang. Saat ada dia, saya tak butuh syarat untuk merasa senang, cukup bersamanya, tersenyum-senyum. Dia penuh keajaiban yang cukup untuk membuat saya terkagum-kagum setiap hari dan dia juga masih saja membuat saya terkagum-kagum, setiap hari, berkali-kali.
__________________________________________

Dan kamipun akan menjadi satu, jiwa yang bahagia kini dan nati

11-11-11

hari yang bahagia untuk kami


 

it just remembering

By heriestiastri



Pada suatu hari di kaki gunug Merapi

Kenangan bersama sahabat-sahabat di Jogja

 

dua puluh lima tahun

By heriestiastri



Allah dengan begitu sangat murah hatinya mengalirkan kehidupan kepada semua yang bernyawa. Ia menggulirkan rencana-rencana terbaikNya, bahkan diluar jangkauan kita. Dua puluh lima tahun adalah kasih Nya, kemurah hatian Nya itu Ia tunjukkan dengan ribuan, jutaan bahkan tak terhitung kalinya kuasa Nya Ia tunjukkan. Dua puluh lima tahun adalah tentang perjalanan hidup saya, tentang berapa kali saya merasakan cinta, tentang berapa kali saya merasakan duka. Dua puluh lima tahun adalah usaha saya bermimpi dan mewujudkannya. Dua puluh lima tahun, sepertinya saya masih saja berjalan sendiri tanpa pasangan dan menjadi semakin terbiasa akan sekian perjalanan yang saya lalui sendiri. Dua puluh lima tahun yang saya lalui telah memberikan kebebasan berdiam diri sambil memandangi langit sepanjang malam tanpa perlu memikirkan apakah ada yang akan merasa terabaikan. Saya bisa berlama-lama melakukan banyak hal dan menikmati moment tanpa takut terlambat memenuhi janji dengan seseorang. Dua puluh lima tahun adalah awal perubahan langkah-lagkah tak terarahku sebagai mahasiswa menjadi pekerja yang serius dan disiplin. Dua puluh lima tahun adalah serangkaian episode datang dan pergi, tentang mereka yang terlepas, tentang mereka yang kembali, tentang kesempatan-kesempatan yang hadir satu demi satu. Tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dua puluh lima tahun adalah tentang kesehatan yang saya upayakan untuk diri sendiri dan orang-orang lain. Dua puluh lima tahun adalah tentang baju biru yang saya gantingkan, berganti dengan baju baru yang saya pakai hari demi hari. Dua puluh lima tahun adalah berpisahnya saya dengan sahabat-sahabat kampus dan bertemunya saya dengan orang-orang baru ditempat saya mencari jati diri. Dua puluh lima tahun adalah rasa syukur saya kepada Sang Ilahi. Dua puluh lima tahun adalah waktunya saya mengerti bahwa dengan menjadi diri sendiri, kita sesungguhnya sudah sangat dicintai. So what? This is my life, anyway!’

 





Perjalanan, sampai kapanpun akan selalu membentangkan jarak. Dan jarak punya cara sendiri untuk mengajarkan si penempuhnya untuk belajar. Membuat kita belajar dari apa saja yang terlihat sepanjang jarak. Terkadang kita perlu sangat cepat, melambat atau sangat lambat demi terekspos dengan segala sesuatunya yang terlihat sepanjang jarak. Tak mudah memang menjadi sahabat bagi jarak yang membentang puluhan kilometer. Tapi, jarak adalah teman baikku sekarang. Tak peduli berapapun lama waktunya atau seberapapun efeknya nanti jarak menjadi tempatku belajar. Sejauh apapun itu jarak hanya merupa garis-garis buram kecil ketika dilewati dalam kecepatan maksimum. 06.15 – 07.00 dan 16.15-17.00 lima hari dalam satu pekan adalah limit waktuku mengurai jarak. Melewati jalan lurus hingga berliku, naik turun hingga meliuk tajam. Menembus kabut, menerobos hujan dan melawan terik mentari. Semuanya nampak indah, seru. Pelan-pelan, jarak mengajariku bahwa sesuatu yang indah akan tetap indah, baik ketika dilihat dari jauh maupun ketika dilihat dari dekat

 

dan disinah saya berkarya

By heriestiastri




Alhamdulillah saya sudah bekerja, bukan mahasiswa lagi, tidak memiliki banyak waktu lagi untuk bermain atau bersantai-santai seperti dulu lagi. Pekerjaan ini sungguh sama sekali tidak pernah terbayang dalam benak saya. Ternyata benar bahwa Tuhan selalu memberi, jauh melebihi apa yang kita minta, hanya saja manakala Tuhan belum meberinya, kita sering lupa pada Nya, mengeluh dan layu. Karena ada banyak hal yang tidak bisa kita pahami dari Nya namun yang pasti semua baik dan terbaik untuk kita. Hari ini, kemarin dan esok adalah hari-hari yang sedikit sibuk untuk saya. Tentunya performace maksimal yang bisa saya persembahkan dan semoga akan terus saya jaga lebih baik lagi kelak. Mengawali hari saat orang-orang masih terlelap, pergi kerja saat orang-orang baru bersiap, memulai kerja dengan semangat dan melayani dengan hati, memberikan penghormatan melebihi harapan, mengakhiri kerja saat orang-orang telah selesai beristirahat dirumah, dan pulang menjelang malam, itulah hari-hari baru saya sekarang. Sungguh menyenangkan, berada di lingkungan kerja yang baru pertama kali saya alami. Atasan yang memberi banyak pelajaran bukan perintah, rekan kerja yang berjalan beriring. Awalnya sempat kaget juga dengan beban kerja yang berat, ekspektasi lingkungan kerja yang begitu tinggi dan pengharapan yang besar mampu memberikan kinerja terbaik saya. Yang pasti pekerjaan seru saya sekarang saya niatkan untuk mengabdi.

 

masa muda masa berkarya

By heriestiastri




Jiwa muda, semangatnya akan terus ada. Setidaknya itu pikiran saya setelah menghabiskan sekian tahun dibangku kuliah dan setelah lulus, kini saatnya bekerja. Entah berapa ratus lembaran bukti profesionalitas saya terkirim untuk mendapatkan ijin mengabdi, mengamalkan ilmu saya, membagi senyum dan dengan sangat tulus beribadah. Singkat cerita, setelah menyelesaikan semua urusan akademik di Jogja maka berpindahlah domisili saya kembali ke kampung halaman asal saya di Banjarnegara. Kota yang cukup sejuk dan nyaman serta sedkit persaingan. Cocok untuk fresh Graduate seperti saya, dengan mengantongi bekal ilmu yang saya rasa hanya saya atau paling tidak ada beberapa orang saja. Tidak mudah memang menyandang gelar Lulusan Universitas, fresh graduate pula. Malu rasanya jika belum bekerja. Berangkat dari situlah, saya dengan gerak cepat dan strategi jitu, jurus andalan melahirkan plan A, plan B dan plan C serta plan-plan lainya. Lembaran demi lembaran membentuk sebuah berkas terbungkus amplop maka hasilnya adalah sebuah surat permohonan kerja, ternyata tidak hanya cukup satu, dua, tiga atau empat, puluhan bahkan. Alhamdulillah target terpenuhi, hampir semua institusi terkoneksi, saatnya menanti kabar baik tentunya dengan kesabaran yang extra, lebih giat berdoa dan menyiapkan mental untuk kemungkinan terburuk karena pada akhirnya Allah pasti memberikan hasil yang terbaik. Alhamdulillah, akhirnya satu demi satu saya mendapat tanggapan yang baik, plan B saya menjadi seorang dosen nampaknya akan segera terwujud awal Maret 2011 saya mendapatkan tawaran menjadi tenaga edukatif di sebuah Perguruan Tinggi ternama di Kota Batik, tentunya peluang melanjutkan Kuliah Master akan terbuka. Sungguh anugerah yang luar biasa untuk fresh graduate seperti saya. Hari berikutnya, untuk yang sama sekali tak terbayang dan terencana dalam list plan saya, bahkan jauh lebih seru dari plan A saya sebagai praktisi klinis, sebuah Institusi cukup bergengsi mengadakan rekruitmen, awalnya saya mencoba-coba dan Alhamdulillah saya lolos, saya diberi kesempatan menjadi bagian didalamnya meskipun harus melalui rangkaian yang panjang untuk bisa dikatakan berhasil, namun sungguh saya besyukur. Saya selalu belajar dari jalan hidup saya, dan akhirnya saya bisa menarik kesimpulan bahwa "Cemas terhadap masa yang akan kita jalani adalah perlu, agar kita sadar akan tantangan, agar kita mempersiapkan semaksimal mingkin". Saya sangat menikmati apa yang saya dapatkan sekarang, meskipun cemas itu selalu ada sebagai pelindung masa depan saya. Dan hari-hari saya kini diisi dengan orang-orang baru yang sangat friendly, tanggung jawab baru dan tentunya wahana ibadah baru bagi saya. Dan ternyata Kasih Sayang Allah tak berhenti-hentinya, di awal April ini saya mendapat tawaran yang sama sebagai pengajar di sebuah Perguruan Tinggi di Kota Purwokerto, dalam benak saya "Ya Allah gantikanlah, berikanlah kesempatan ini kepada sahabat-sahabat saya". Namun akhir-akhir ini saya sangat bergembira mendapat kabar bahwa mereka telah menempati karir-karir potensial di Kabupaten masing-masing, di departemen-departemen, di Institusi bertaraf Internasional, berdiri didepan mahasiswa sebagai dosen dan melanjutkan studi Master atau bahkan sukses berwiraswasta. Dan pada akhirnya saya bisa menarik kesimpulan bahwa "jangan kecilkan potensi yang kita punya, maksimalkan lalu nikmatilah bahagiamu".

 



“Rumahku Istanaku” simpel sih, kesannya membanggakan milik pribadi, narsistik kebendaan. Tapi, dibalik kalimat sesimpel itu mengandung lebih banyak rasa, rasa syukur, rasa sayang, bangga, kangen, rasa menjaga dan sejuta rasa lain didalamnya. Itulah yang menggambarkan rasa-rasa itu yang saya rasakan saat ini. Rumah yang saya tempati ini memang tidak terlalu lama, yah kira-kira 1,5 tahun lah. Rumah ini saya tempati menjelang wisuda sarjana dan sepanjang pendidikan profesi klinik saya. Tepatnya di Nitiprayan, desa seni di bilangan Ngestiharjo Kasihan Bantul DIY. Tepat di barat Kraton Jogja, dekat dengan kampus terpadu UMY dan pabrik gula Madukismo. Memang sedikit masuk kedalam, namun justru itu uniknya, saya tinggal di kota namun suasana desa. Udara yang sejuk dipagi hari, panas matahari tak terlampau terik di siang hari, temaramnya bulan jelas dimalam hari. Menempatinya bersama Ekoandi, Hendy, Dwi, Edi dan Ekobrek adalah moment kekeluargaan yang seru, serunya sampai berasa sangat singkat disana, sungguh kkebersamaan yang indah. Masih ingat kebiasaan-kebiasaan kita; aku yang hoby nyapu dan ngepel, ekoandi yang hoby bakar sampah, edi yang hoby masak, brek yang hoby pulang pagi, hendy yang hoby nyuci motor dan dwi yang hoby bikin skripsi. Setiap bulan kita dikejar-kejar iuran listrik dan denda ronda. Rumput halaman yang kita biarkan liar. Panen buah-buahan. Pesen lotek atau kupat tahu di sebelah rumah atau susah parkir karena ada pameran seni disamping rumah. Hah semua sudah berakhir kini, entah dimana kalian, entah seperti apa rumah itu sekarang, mungkin lebih terawat atau sebaliknya jadi rumah tua. Yang pasti jika suatu saat saya datang ke Jogja, sebisa mungkin lewat sana untuk hanya sekedar melihat rumah singgah kita yang melahirkan banyak cerita dan cinta. Selamat tinggal rumah indah.

 

22 Januari 2011

By heriestiastri





Alhamdulillah, hari yang saya tunggu, bahkan mungkin kami semua tunggu datang. Hari dimana kami merayakan graduation kedua setelah melalui tahapan demi tahapan pendidikan kami di kampus kesayangan UMY. Hari itu, sabtu 22 Januari 2011 menjadi hari paling heboh buat kami dan keluarga. Telah cukup lama kami menunggu saat-saat seperti ini, saat kami mengenakan baju terbaik yang kami punya, duduk di barisan VVIP, dihadapan orang-orang penting negeri ini, yang akan melegalkan kami, menyumpah kami, dan meletakkan tanggung jawab baru, hak-hak baru dalam kesakralan sumpah profesi baru. Acara diadakan di gedung megah sportorium kampus terpadu UMY tepat pukul 08.00 acara dimulai dengan protokoler rapi yang dipandu oleh panitia adik angkatan terhebat. Telah hadir di hadapan kami, di podium yang agung jajaran pimpinan universitas, fakultas, yayasan, dan para ketua serta pengajar-pengarar kami. Lebih mengharukan disana hadir orang-orang yang kami sayangi, keluarga dan kerabat. Rangkaian demi rangkaian berjalan sesuai rencana dan akhirnya gelar baru kami sandang dengan bangga, tentunya kami persembahkan kepada semua orang yang selama ini dengan tulus menyayangi dan membantu segala hal demi kesuksesan kami saat itu, saat yang paling membanggakan selama ada di Jogja, ada di UMY. Dan sejak saat itu pula menjadi bibir perpisahan diantara kami, satu, satu, satu dan akhirnya kita semua pulang, mudik ke kampong halaman, berat rasanya meninggalkan kota ternyaman di negeri ini, kota dimana cinta dan kasih sayang dengan begitu mudah mengalir. Namun pada akhirnya memang kita harus saling meninggalkan secara raga tapi jiwa kita tetap satu sahabat. Dan emang hari ini adalah hari baru yang mengharukan karena memang “This is our big day after 5 years fighting”

 

membekas indah selamanya

By heriestiastri





Berapa lamakah waktu kita habisakan hingga kita sulit melepaskan? Berapa banyakkah kejadian bisa membekas lalu kita sulit untuk lupa? Bagi saya tidaklah lama, jika kita telah menikmati waktu dan suasana disana, berat sekali untuk pergi dan lupa. Namun, semua harus saya rasakan dan harus saya lakukan. Pepatah bilang ”Ada awal pasti ada akhir, ada datang ada pula pergi”. Dan inilah kondisi yang paling mengharukan sepanjang saya hidup, tinggal dan belajar di Jogja. 5 Tahun lebih bukan waktu yang singkat, bukan hal yang sederhana untuk lupa. Semua menjadi waktu yang sangat berharga karena waktu-waktu seperti itu akan segera tiada, atau paling tidak butuh waktu lama untuk kembali kesana untuk hanya sekedar bernostalia di Jogja kelak. Meninggalkan kampus, rumah tinggal sementara, rumah sakit pendidikan, kota dan sahabat-sahabat yang telah lama menjadi bagian hidup saya di Jogja. Tapi yang pasti hari akan segera berganti baru.

 

dan akhirnya kami bersumpah

By heriestiastri


"Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah"

Demi Allah, saya bersumpah bahwa:
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan terutama dalam bidang kesehatan tanpa membeda-bedakan kesukuan / kebangsaan / keagamaan / jenis kelamin / golongan / aliran politik dan kedudukan sosial.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya dibidang kesehatan.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui kepada orang lain karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya, kecuali jika diminta oleh pengadilan.
Saya akan menghormati setiap individu insani sepanjang daur kehidupannya.
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan klien, baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat.
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang setinggi-tingginya.
Saya akan perlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya sendiri diperlakukan.
Saya akan membina kerja sama sebaik-baiknya dengan tenaga kesehatan dan pihak lain dalam pemberian kesehatan.
Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik yang berdasarkan Pancasila.
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan penuh keinsyafan.

Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati Lillahirobbil'alamin

Semoga Allah Subhanahu Wata'la memberikan kekuatan kepada saya

 

coming soon

By heriestiastri



SUMPAH PROFESI


Sportarium UMY

Sabtu, 22 Januari 2011, 08.00 WIB

THIS IS OUR BIG DAY AFTER 5 YEARS FIGHTING

 




Masih ingatkah kawan, saat kita duduk di bangku sekolah, saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, kita pun berlarian keluar ruang kelas dengan riangnya, Namun, tak hanya di masa kecil saja kawan, saat sudah setua ini pun, pulang kerumah adalah saat yg dinanti-nanti dan disambut dengan senang hati. Bagi kita para perantau, saat pulang mudik ke kampung halaman bertemu orang tua, adalah moment yang mengesankan. Saya yakin kita semua pasti suka dengan kata pulang, karena pulang bermakna kembali pada asal kita, kembali ke rumah, kembali tempat yg kita sukai, tempat yg dirindukan. Disanalah kita dilahirkan ibunda tercinta, tempat dimana ayah & bunda membesarkan kita dengan penuh kasih sayang nya, tempat dimana pengalaman-pengalaman indah masa kecil berlalu, tempat dimana kita bertemu teman-teman yang akrab dan menyenangkan. Ketika kita kuliah, merantau, atau hal apa pun yang kita lakukan di luar rumah satu hal yang paling kita nanti dan selalu jadi akhir dari sebuah perjalanan atau apa saja yaitu ‘pulang’. Menjangkau langit, menggantungkan cita-cita dan harapan menjadi hal yang selalu kita impikan disini, ditempat yang jauh dari rumah. Tak semudah membalikkan telapak tangan tentu. Banyak keluh, banyak peluh yang kita korbankan demi impian itu. Tak semua orang pun menjadi kawan, sebagian menempatkan dirinya sebagai lawan. Homo homini socius dan Homo homini lupus senantiasa membentuk harmoni pertemanan ditempat ini. Teman yang menempatkan diri menjadi kawan, akan dikenal dan dikenang abadi, menjadi sahabat dan saudara sepanjang hayat. Namun, sisi lain, bagi yang menempatkan diri sebagai lawan, pasti akan termaafkan jauh sebelum kata maaf ada, karena pulang tak akan membawa catatan kelam. Selalu, saya masih ingat kata orang tua ”berhati-hatilah, hormati semua orang, jangan pernah tunjukkan pada orang lain kalau kamu marah, jangan merasa bisa dan jangan merasa punya” dan selalu pula saya lakukan itu sekeras hati. Meski begitu, saya masih saja sering melakukan khilaf, sehingga sengaja ataupun tidak banyak teman yang akhirnya menjadi lawan, sedihnya. Untuk itu sebelum pulang dan meninggalkan, setulus hati saya memohon maaf. Karena saya sadar betapa susahnya menempatkan diri. Dibalik itu semua, banyak sekali cinta dan kasih sayang yang kita nikmati bersama. Banyak pekerjaan yang kita selesaikan bersama, banyak permohonan, banyak harapan yang kita gantungkan bersama-sama. Semuanya akan indah nantinya. Mungkin akan benar kata orang bahwa ”Kita tidak akan pernah mencintai kebersamaan, arti persahabatan dan cinta sampai pada saat perpisahan itu tiba”. Kebersamaan ini, ceria ini, dan rumah kedua ini kita bangun bersama-sama dari titik nadir. Kini bangunan rumah kita telah menjulang tinggi, hampir mencakar langit-langit angkasa, mari kita tetap jaga kokohnya, tetap linduungi pondasi rumah kita ini, karena jika suatu saat nanti kita punya waktu, kita bisa megunjunginya, mengulang yang pernah ada atau jika tidak, dari ujung bumi lain dimana kita berada nanti, kita bisa memandang rumah kedua itu dengan senyuman termanis lalu mengatakan dengan bangga ”Saya pernah ada disana dan mereka keluarga saya”. Akhirnya, sebentar lagi kita pulang, persiapkan diri kita, persiapkan mental kita merasakan sedihnya perpisahan yang menyayat hati. Semoga kita pulang dengan kenangan terindah yang kita buat bersama dirumah kedua ini. Selamat tinggall kawan-kawan kalian sahabat selamanya.







soundrack link:

http://www.4shared.com/get/zkk5hnsp/DMasiv_-_Jangan_Pergi_wwwmusik.html

http://www.4shared.com/audio/YM5n185h/Shera-Pulang_ke_Hatimu.htm


 

seragam biru didadaku

By heriestiastri






Dearest blue uniform lovers; It was only 5.5 Years. But, you're all always in my heart forever. I'm proud to be blue lovers. SERAGAM BIRU DI DADAKU!!!. Kurang lebih 2000 hari menjalani hari-hari bersama kalian. Dan inilah kalian yang terekam kuat dalam memori jangka panjang saya, kalian yang memiliki sayap-sayap dan tongkat ajaib laksana peri, dan kalian seperti penjaga yang senantiasa membuat saya aman. Meski akhirnya harus saya akui bahwa saya sedikit sekali menemukan kesamaan dengan kalian namun sama sekali tidak membuat saya merasa tidak bangga mengenal kalian. Meskipun terkadang saya membenci sebagian dari kalian karena gaya hidup yang urakan dan sombong, merasa dirinya paling superior, paling jago, bisa segalanya dan suka marah, namun saya tetap mencintai kalian seperti itu, itu karena kesabaran sayapun seluas samudera. Dan akhirnya kita lulus juga di awal tahun ini. Puji syukur selama ini saya dapat lulus dengan lulus yang sebenarnya, menang tanpa mengalahkan, hidup sederhana sesuai dengan apa yang seharusnya saya lakukan, berusaha melakukan sebanyak-banyaknya untuk sahabat-sahabat saya, tidak merasa punya sehingga jarang sekali melambungkan dada, tidak pernah haus pujian, tidak merasa dibutuhkan siapapun, dan seingat saya marah adalah haram dalam pergaulan saya. Dan sekarang, saya masih berdiri disini adalah berkat kalian jua, penebar jaring-jaring kebaikan yang begitu dengan murah hatinya mengulurkan segala yang kalian bisa untuk membantu meringankan kesusahan yang tengah kita sama-sama rasakan. Nama kalian terukir abadi: Ika L, Gunawan, Ika F, Yayang, Iya, Endang Isnaini, Mala, Deby, Titi, Ratna Sari, Arina, Edi, Irma, Lina, Yeny, Rizca, Eko, Faisal, Nika, Wuri, Iwan, Selvy, Meise, Dika, Endah, Wawan, Eriec, Maiki, Fitrah, Ika H, Riski, Ruri, Arif, Mayu, Hendi, Restu, Deni, Pudang, Dwi, Bagus, Pritta, Niken, Vika, Wulan, Estrin, Angel, Imel, Sapri, Goro, Yusan, Arunika, Eko Hananto, Trina, Dian, Tia, Yudhi Arifin, Wulan Zulianto, Ida, Sabri, Pratiwi, Adit, Gusnul, Nanda, Linda, Retha, Wahyuni, Indri, Kholis, Tiwi, Ari, Ihda, Hadi, Dhina, Rere, Septi, Erna, Novi, Anggun, Sekar, Dwi, Martha,Nana, Nugroho, Angga, Tika, Venny, Dia, Mamung, Lela, Ari, Fatma, Samsul, Mytha, Dini, Naya, Pramushinta, Suhandi, Ruslan, Nur Halifah, Ariema, Rini, Ganies, Nur, (Alm) Yudiono, Endang, Wida, Uni, Jemy, Yuniarti, Sinta, Andi, Ratri, Sari, Tri, Tophan, Asri. Kalian adalah sahabat-sahabat saya sampai hari ini, bahkan selamanya. Bagi saya, menerima kebaikan adalah mengikat tali persahabatan, terima kasih semua.




Benteng vredeburg, monumen so 1 Maret Yogyakarta, 5 Januari 2011

----------------------------------------