Perjalanan, sampai kapanpun akan selalu membentangkan jarak. Dan jarak punya cara sendiri untuk mengajarkan si penempuhnya untuk belajar. Membuat kita belajar dari apa saja yang terlihat sepanjang jarak. Terkadang kita perlu sangat cepat, melambat atau sangat lambat demi terekspos dengan segala sesuatunya yang terlihat sepanjang jarak. Tak mudah memang menjadi sahabat bagi jarak yang membentang puluhan kilometer. Tapi, jarak adalah teman baikku sekarang. Tak peduli berapapun lama waktunya atau seberapapun efeknya nanti jarak menjadi tempatku belajar. Sejauh apapun itu jarak hanya merupa garis-garis buram kecil ketika dilewati dalam kecepatan maksimum. 06.15 – 07.00 dan 16.15-17.00 lima hari dalam satu pekan adalah limit waktuku mengurai jarak. Melewati jalan lurus hingga berliku, naik turun hingga meliuk tajam. Menembus kabut, menerobos hujan dan melawan terik mentari. Semuanya nampak indah, seru. Pelan-pelan, jarak mengajariku bahwa sesuatu yang indah akan tetap indah, baik ketika dilihat dari jauh maupun ketika dilihat dari dekat