Allah dengan begitu sangat murah hatinya mengalirkan kehidupan kepada semua yang bernyawa. Ia menggulirkan rencana-rencana terbaikNya, bahkan diluar jangkauan kita. Dua puluh lima tahun adalah kasih Nya, kemurah hatian Nya itu Ia tunjukkan dengan ribuan, jutaan bahkan tak terhitung kalinya kuasa Nya Ia tunjukkan. Dua puluh lima tahun adalah tentang perjalanan hidup saya, tentang berapa kali saya merasakan cinta, tentang berapa kali saya merasakan duka. Dua puluh lima tahun adalah usaha saya bermimpi dan mewujudkannya. Dua puluh lima tahun, sepertinya saya masih saja berjalan sendiri tanpa pasangan dan menjadi semakin terbiasa akan sekian perjalanan yang saya lalui sendiri. Dua puluh lima tahun yang saya lalui telah memberikan kebebasan berdiam diri sambil memandangi langit sepanjang malam tanpa perlu memikirkan apakah ada yang akan merasa terabaikan. Saya bisa berlama-lama melakukan banyak hal dan menikmati moment tanpa takut terlambat memenuhi janji dengan seseorang. Dua puluh lima tahun adalah awal perubahan langkah-lagkah tak terarahku sebagai mahasiswa menjadi pekerja yang serius dan disiplin. Dua puluh lima tahun adalah serangkaian episode datang dan pergi, tentang mereka yang terlepas, tentang mereka yang kembali, tentang kesempatan-kesempatan yang hadir satu demi satu. Tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dua puluh lima tahun adalah tentang kesehatan yang saya upayakan untuk diri sendiri dan orang-orang lain. Dua puluh lima tahun adalah tentang baju biru yang saya gantingkan, berganti dengan baju baru yang saya pakai hari demi hari. Dua puluh lima tahun adalah berpisahnya saya dengan sahabat-sahabat kampus dan bertemunya saya dengan orang-orang baru ditempat saya mencari jati diri. Dua puluh lima tahun adalah rasa syukur saya kepada Sang Ilahi. Dua puluh lima tahun adalah waktunya saya mengerti bahwa dengan menjadi diri sendiri, kita sesungguhnya sudah sangat dicintai. So what? This is my life, anyway!’