Masih ingatkah kawan, saat kita duduk di bangku sekolah, saat bel tanda pulang sekolah berbunyi, kita pun berlarian keluar ruang kelas dengan riangnya, Namun, tak hanya di masa kecil saja kawan, saat sudah setua ini pun, pulang kerumah adalah saat yg dinanti-nanti dan disambut dengan senang hati. Bagi kita para perantau, saat pulang mudik ke kampung halaman bertemu orang tua, adalah moment yang mengesankan. Saya yakin kita semua pasti suka dengan kata pulang, karena pulang bermakna kembali pada asal kita, kembali ke rumah, kembali tempat yg kita sukai, tempat yg dirindukan. Disanalah kita dilahirkan ibunda tercinta, tempat dimana ayah & bunda membesarkan kita dengan penuh kasih sayang nya, tempat dimana pengalaman-pengalaman indah masa kecil berlalu, tempat dimana kita bertemu teman-teman yang akrab dan menyenangkan. Ketika kita kuliah, merantau, atau hal apa pun yang kita lakukan di luar rumah satu hal yang paling kita nanti dan selalu jadi akhir dari sebuah perjalanan atau apa saja yaitu ‘pulang’. Menjangkau langit, menggantungkan cita-cita dan harapan menjadi hal yang selalu kita impikan disini, ditempat yang jauh dari rumah. Tak semudah membalikkan telapak tangan tentu. Banyak keluh, banyak peluh yang kita korbankan demi impian itu. Tak semua orang pun menjadi kawan, sebagian menempatkan dirinya sebagai lawan. Homo homini socius dan Homo homini lupus senantiasa membentuk harmoni pertemanan ditempat ini. Teman yang menempatkan diri menjadi kawan, akan dikenal dan dikenang abadi, menjadi sahabat dan saudara sepanjang hayat. Namun, sisi lain, bagi yang menempatkan diri sebagai lawan, pasti akan termaafkan jauh sebelum kata maaf ada, karena pulang tak akan membawa catatan kelam. Selalu, saya masih ingat kata orang tua ”berhati-hatilah, hormati semua orang, jangan pernah tunjukkan pada orang lain kalau kamu marah, jangan merasa bisa dan jangan merasa punya” dan selalu pula saya lakukan itu sekeras hati. Meski begitu, saya masih saja sering melakukan khilaf, sehingga sengaja ataupun tidak banyak teman yang akhirnya menjadi lawan, sedihnya. Untuk itu sebelum pulang dan meninggalkan, setulus hati saya memohon maaf. Karena saya sadar betapa susahnya menempatkan diri. Dibalik itu semua, banyak sekali cinta dan kasih sayang yang kita nikmati bersama. Banyak pekerjaan yang kita selesaikan bersama, banyak permohonan, banyak harapan yang kita gantungkan bersama-sama. Semuanya akan indah nantinya. Mungkin akan benar kata orang bahwa ”Kita tidak akan pernah mencintai kebersamaan, arti persahabatan dan cinta sampai pada saat perpisahan itu tiba”. Kebersamaan ini, ceria ini, dan rumah kedua ini kita bangun bersama-sama dari titik nadir. Kini bangunan rumah kita telah menjulang tinggi, hampir mencakar langit-langit angkasa, mari kita tetap jaga kokohnya, tetap linduungi pondasi rumah kita ini, karena jika suatu saat nanti kita punya waktu, kita bisa megunjunginya, mengulang yang pernah ada atau jika tidak, dari ujung bumi lain dimana kita berada nanti, kita bisa memandang rumah kedua itu dengan senyuman termanis lalu mengatakan dengan bangga ”Saya pernah ada disana dan mereka keluarga saya”. Akhirnya, sebentar lagi kita pulang, persiapkan diri kita, persiapkan mental kita merasakan sedihnya perpisahan yang menyayat hati. Semoga kita pulang dengan kenangan terindah yang kita buat bersama dirumah kedua ini. Selamat tinggall kawan-kawan kalian sahabat selamanya.







soundrack link:

http://www.4shared.com/get/zkk5hnsp/DMasiv_-_Jangan_Pergi_wwwmusik.html

http://www.4shared.com/audio/YM5n185h/Shera-Pulang_ke_Hatimu.htm