Sore itu ketika senja mulai memerahkan langit Mertasari, maka saat itulah aku meninggalkan Purwanegara menuju Ibu Kota, Jakarta. Menuju kota terbesar republik ini, kota yang memiliki magnet dengan daya tarik maha dahsyat. Tepat jam 5.30 sore perjalanan 11 jam lebih kearah barat aku mulai, sangat menyenangkan liburan kali ini. Kali Deres, ya itulah kode yang Maung kirimkan kepadaku sebagai tempat pertemuan kami. Perjalanan malam yang panjang. Tiga jam perjalanan malam, Panorama rest area sejenak meluruskan tulang belakang tubuhku dan menghangatkanku sejenak dari sejuknya AC. Perjalanan selanjutnya menyusuri malam melewati jalur Pantura dan akan melewati banyak jalan Tol hingga pagi hari akhirnya perjalanan yang menyenangkan berakhir di Kali Deres. Tepat jam 4.30 pagi selepas Subuh akhirnya aku sampai dan bertemu Maung, tour guideku yang baik, orang seperti dia pantas masuk Surga. Sepertinya kedatanganku memberikan semangat tersendiri bagi dia tepat satu hari menjelang Ulang Tahunnya, belakangan aku baru tahu ternyata umurnya satu tahun lebih tua. Adalah syukuran roti A La heroes menjadi kue ulang Tahun Maung pagi itu, lucu sekali. Hari-hari selanjutnya aku akan menghabiskan banyak waktu menakjubkan disana. Weekend datang dan tidak susah bagi kami untuk mencari tempat yang cozy untuk jalan. Setelah berunding akhirnya kami memilik Bogor sebagai kota destination kami akhir pekan ini. Tujuan utama kami adalah bertemu Yesy sahabat terbaik kami disana, seorang scientis hebat lulusan IPB. Maka perjalanan tengah hari Jakarta – Bogor menjadi pilihan kami. Kami meninggalkan Jakarta sejenak. Kami melewati Depok ketika waktu Shalat Dzuhur hampir usai, maka kami singgah di Masjid Kampus Universitas Indonesia sembari menunggu waktu Shalat Ashar. Sungguh kampus yang rindang dan indah, seperti kampusku tercinta di Jogja sana. Selepas berdoa, kami meneruskan perjalanan, menerobos kemacetan kota Depok. Rupanya tenaga terkuras di tengah kemacetan jalanan, kami menghentikan perjalanan sejenak di Margo City Mall untuk makan siang yang sedikit telat. Perjalanan dari Jakarta menuju Depok cukup mengeruhkan lensa mataku, namun dalam hitungan detik saja lensa mataku menjadi sangat bening setelah aku berdiri 1 meter didepan Sandra Dewi, artis papan atas negeri ini. Cahyo sahabatku seorang mahasiswa TI UGM yang sedang KKN di Tasikmalaya akan iri melihat fotoku bersamanya. Senja mulai memeluk langit, Bogor masih 2 jam lagi, maka bergegaslah perjalanan kulanjutkan. Bogor kota Hujan, tepat sekali sebutan itu karena setelah kami meninggalkan Cibinong dan memasuki Bogor hujan gerimis menyambut kedatangan kami, touris domestik. Kota yang memiliki pepohonan besar dikanan kiri jalan, sejuk sekali, sepertinya cocok sekali dengan keberadaan sebuah Institut ternama negeri ini. Tugu Kujang yang gagah menyambut kami. Adalah Botani Square, sebuah pusat perbelanjaan yang megah sebagai tempat pertemuanku dan Maung dengan Yesy. Kami menunaikan Shalat Magrib disana, lalu makan malam di sebuah pojok food court. Menunggu tengah malam, kami bertiga menyaksikan film Harry Poter di XXI cinema, huh ngantuk sekali rupanya. Tepat tengah malam film yang berdurasi 2 jam lebih selesai diputar, kami berjalan menuju Tugu Kujang, persis seperti apa yang dilakukan Andrea Hirata (penulis Tetralogi Laskar Pelangi) ketika ia terdampar di Bogor. Sejenak aku berpikir, mungkin perjalanan keliling dunia harus diawali dari sini, semoga. Akhirnya kami harus berpisah dengan Yesy malam itu. Dan bersama Maung, aku menghabiskan malam di kota Bogor dan kami singgah di Masjid Raya Bogor. Malam berakhir di Bogor, pagi datang, sungguh pagi yang sejuk. Selepas Shalat Subuh berjamaah, sekonyong-konyong kami menuju Puncak, kami tidak ingin kehilangan moment-moment terbaik ketika Matahari memunculkan cahaya untuk pertama kalinya di tanggal 9 Agustus 2009. Syukurlah, kami termasuk orang beruntung bersama para wisatawan lain, karena tepat Matahari terbit kami sudah sampai dengan selamat di Masjid Atta’Awun Puncak Bogor. Pintar sekali rupanya Maung mengatur waktu sehingga kami harus cepat-cepat menuju Jakarta, agar tengah hari kami sampai disana, melanjutkan jalan-jalan keliling Jakarta. Beruntung sekali rasanya belajar mengemudi dan telah handal, meskipun buta arah tapi akhirnya kami sampai tepat waktu, rupanya selain jago mengatur waktu Maung juga handal menjadi navigator perjalanan, aku heran. Tengah hari yang penuh semangat, kami sampai di Jakarta kembali setelah melewati kawasan-kawasan penting Jakarta seperti kawasan Mega Kuningan, dimana terdapat 2 hotel yang diledakkan beberapa waktu lalu. 1 jam Maung memberi waktu untuk bersiap jalan kembali. Kali ini perjalanan keliling Jakarta tidak memungkinkan menggunakan kendaraan pribadi, maka jalan kaki, mikrolet dan Busway menjadi sulusi transportasi kami. Sebelumnya kami telah berjanji untuk bertemu Yesy di stasiun kereta Kota Jakarta. Kami menembus kemacetan kota dengan bus TransJakarta yang nyaman, akhirnya kami kembali bertiga. Tepat waktu Shalat Dzuhur kami bertemu, lalu kami Shalat, makan siang di fast food A&W stasiun kota. Acara kami selanjutnya adalah tour ke kawasan kota lama Jakarta, tempat dimana orang-orang Belanja jaman dahulu bermarkas. Kami memasuki bangunan kuno yang megah, sebuah museum seni rupa dan keramik, museum Bank Mandiri yang dahulu merupakan pust perbankan pertama di Indonesia, menelusuri jalan-jalan di kota kuno, menakjubkan. Dari ujung koridor I Busway, kami berkeliling kota, melewati tempat-tempat prestigious Ibukota. Kami sampai di halte Gelora Bung Karno, kami berjalan di kawasan Niaga terpadu Jend. Soedirman, tempat dimana menara gedung-gedung sepertinya menembus langit, tinggi sekali. Sepertinya di republik ini hanya bisa ditemui di Jakarta. Hari menjelang senja kala itu, itu artinya Yesy harus segera mendapat kereta untuk pulang menuju Bogor, disamping itu aku juga harus memesan tiket kereta untuk pulang esok, 20 menit kemudian kami tiba di halte Gambir II tepat di depan Monas yang menjulang tinggi. Beruntungnya kami mendapatkan tiket sesuai tujuan kami, disanalah perpisahan yang mengharukan dengat Yesy terjadi. Gelap telah menyelimuti hari kami yang padat. Kini hanya aku dan Maung, seperti awal kami mengarungi perjalanan. Sepertinya Ia tak punya daya lagi untuk meneruskan jalan-jalan kami. Sehingga kami memutuskan untuk menuju Kali Deres untuk pulang, beristirahat sejenak lalu kembali menikmati Jakarta kala malam. Kami menuruni halte transit Harmoni dalam keadaan sangat lelah, tiba-tiba maung bertenaga kembali, sepertinya Ia baru saja mendapatkan efek dari obat pemacu gairah. Ia menuju shelter keberangkatan menuju arah Blok-M seperti yang kami rencanakan setelah beristirahat sejenak. Akhirnya kami menuju pusat belanja di Blok-M. Koridor I telah terarungi dari ujung utara hingga ujung selatan. Jika ada tempat seperti kawasan Malioboro&Bringhardjo di Jakarta, maka Blok-Mlah tempatnya. Satu jam rasanya cukup untuk berburu oleh-oleh, sisa tenaga kami gunakan untuk pulang menuju Kali Deres. Satu jam kami tiba, huh...sungguh hari yang menyenangkan. Malam itu menjadi sangat berat kami habiskan, esok hari menjadi hari perpisahanku dengan Jakarta. A Great Sunrice Trip, Kereta Api Purwo Jaya akan mengantarkanku kembali.


Kali Deres Jakarta - Universitas Indonesia Depok - Margo City Depok - Tugu Kujang Bogor - Botani Square Bogor - Masjid Raya Bogor - Puncak Bogor - Stasiun Kota Jakarta - Museum Seni dan Keramik Jakarta - Kawasan Kota Tua Jakarta - Museum Bank Mandiri Jakarta - Kawasan Niaga Terpadu Soedirman Jakarta - Blok M Jakarta - Stasiun Gambir Jakarta