Anyway, stase ini telah selesai setengah perjalanan. Masih tersisa setengahnya lagi. Berada di ruang penanganan kritis atau Intensive Care Unit (ICU) selama tiga minggu sebagai ns ko-assisstensi membuat aku dan temen-temen sadar betapa bodohnya kami awalnya, meski akhirnya hanya sedikit menjadi pintar si, untuk itu kami terus belajar pastinya. Banyak banget materi yang harus disiapkan awalnya, selalu setiap mengawali stase, dengan sedikit trik, pendahuluan berjalan mulus. Next step hari-hari berisi pengumpulan lembaran-lembaran nilai BST-Tutorial, Presentasi Kasus, Presentasi Jurnal, Pasien kelolaan sejumlah puluhan pasien disertai list ketrampilan langsungnya (DOPS), nilai kondite atau etik dan ujian mini-cex yang menentukan hidup mati kita tentunya dengan sedikit coretan senior sebagai pengesahan (paraf-red.) telah terpenuhi sudah, karena sebenernya untuk bisa lulus kami hanya butuh itu. Selanjutnya hari-hari disibukkan dengan mempelajari ilmu tentang kekritisan kondisi pasien yang memang keadaannya mengarah kepada ketidak selamatan. Mempelajari teknik skill tingkat tinggi yang tentunya gag instant, nah keterlambatan memahami dan mempraktikkannya itulah yang menjadi modal senior untuk menjadikan kami bulan-bulanan terlebih jika kami keliru, malas atau telat, meski akhirnya kami sadar bahwa semua demi kemajuan kami dan diujungnya baik untuk semua. Selain belajar tentang ilmu penyakit, penanganan dan perawatan hingga kegagalan kami juga belajar tentang hidup dan kehidupan. Aku serasa diajarkan untuk lebih menghargai hidup dengan kondisi sehat dan lebih berhati-hati dalam setiap waktu, karena hidup manusia itu sangat beresiko. Belajar lebih respect terhadap penderitaan dan kesedihan orang lain, baru kita kenal sekalipun. Setiap mahasiswa mengelola satu pasien dan bertanggung jawab terhadap kemajuan dan kemunduran kondisinya, tentunya dengan konsulen tim lainya. Berkolaborasi dengan keluarga pasien juga menjadi hal yang berkesan manakala bertemu dijalan dan tiba-tiba memanggil dibelakang dengan sebutan nama yang aku sendiripun tak pernah tahu mereka tahu dari mana karena akupun tak mengenal namanya, sungguh kebahagiaan tak terkirakan. Haru menghadapi kematian pasien dan bahagia mengantarkan pasien menuju ruang pemulihan. Ada kesan mendalam terhadap pembimbingan disana, memberi pemahaman bukan anjuran belajar, membenarkan kekeliruan bukan menyalahkan dan memberikan pujian bukan menyepelekan. Puji syukur semua berhasil sempurna, sekarang saatnta rotasi kawan, kini giliran kami di Unit Kegawatan dan Kedaruratan (UGD), begitu juga teman kami dari UGD akan pindah di ICU. Suasana yang baru dan pengalaman yang baru pasti bakal seruuu