Jum'at, 14 Maret 2008 jam 5 sore. Jogja dibekap dingin sehabis dimandikan gerimis sore. Selepas menunaikan tugas belajar hari ini, berguru tentang ilmu-ilmu perawatan penyakit, HEROES meninggalkan kampus terpadu Universitas Muhamadiyah Yogyakarta menuju Kadipiro resort, tempat aku berteduh dikala panas dan hujan. Belum sampai 5 menit memacu kendaraan, aku melihat sosok wibawa berjalan dengan mata hati dan tongkatnya. Ya, beliau seorang dengan keterbatasan penglihatan. Spontan aku menegur beliau "Kemana Pak?", aduh beliau masih muda kenapa "Pak" aku menegur beliau? (pikirku dalam hati). "Mau ke Gamping" jawab beliau, Gamping adalah halte bus kota terdekat dengan kampus kami (UMY-red.). "Mari Pak, bareng saya kebetulan kita satu arah". Sepanjang perjalanan kami kala magrib itu, kami saling menanyakan identitas dan kegiatan. Sungguh aku dibuat terperanjat kagum, ternyata beliau adalah mahasiswa sebuah Fakultas dikampus yang sama denganku. Beliau hendak menuju Jokteng (Pojok Beteng Kraton Jogja), disitu beliau tinggal. Tidak berhenti kekagumanku pada beliau, pada sosok dengan keterbatasan itu. Beliau mampu dan bersemangat hidup, terlebih lagi beliau sangat luar biasa karena dalam keterbatasan, beliau mampu mandiri. Coba bayangkan, beliau menempuh perjalanan dari kediaman menuju kampus yang jaraknya kurang lebih 25 km menggunakan jalur bus yang kadang harus berputar-putar dulu. Sungguh, sosok pejuang sejati. Semoga Allah selalu melindungi beliau. Yang sangat kusesalkanadalah aku lupa menanyakan nama beliau, sampai beliau turun untuk berganti kendaraan umum. Tapi yang kemudian menjadi pembelajaran saat itu adalah tentang "Semangat hidup, walaupun dalam keterbatasan". Selepas itu, kemudian aku sadar bahwa Allah SWT dengan segala Kuasanya memberikan kita kekurangan bukan untuk dipermasalahkan, namun dinikmati dan dimaknai dengan segenap keikhlasan bahwa dalam kekurangan ada kelebihan. Sesampainya di rumah, aku melepas lelah hari itu dengan senyum penuh kebahagiaan, karena hari ini berlangsung indah. Malampun larut, dan aku terlelap ketika hari baru datang (sabtu, jam 2 pagi-red.). Begitulah hidup, begitulah berbagi dan begitulah cinta.
|
0 Responses to begitulah hidup, begitulah berbagi dan begitulah cinta
Something to say?